Thursday, 31 March 2016

sebuah keputusan yang membuat (lebih) baik.


“Billy ---- Gue mau curhat”  seorang teman gue tiba-tiba men-chat lewat account facebook.

“hah? Curhat apaan? Pengen kurus? Lo mau sekurus apalagi?” jawab gue ngasal.

“bukannnn---“ jawab dia dengan emoticon berteriak.

“terus?”

“gue jatuh cinta untuk yang pertama kalinya dan gue patah hati”

“sebentar, jangan-jangan eloo—“

“iya, gue mengatakannya kalau gue selama ini suka sama dia” jawab dia dengan emoticon menangis.

Oke, jadi teman gue ini sebut saja –umm karena cewek,, sebut saja bunga.  Dia baru saja patah hati. Tapi bukan patah hati yang membuatnya menangis. Bunga sendiri sudah tahu kalau dia akan patah hati. Dia jatuh cinta pada temannya cukup lama. Bunga sudah tahu bahwa temannya sudah memiliki kekasih dan bunga juga sudah tahu kalau teman yang disukainya sangat serius menjalani hubungan yang sedang dijalani.  Dengan kata lain, dia sudah tahu akan patah hati.

“jadi, kenapa lo memutuskan buat ngasih tahu perasaan lo?”

“gue Cuma gak mau menyesalinya, hal yang paling gue takutkan saat ini bukan patah hati, tapi tidak membuat sebuah keputusan apapun.”  


Seperti yang dikatakannya, bunga  tidak ingin menyesal karena dia tidak membuat keputusan apapun tentang apa yang harus dilakukan pada perasaannya. Untuk itu Bunga memutuskan untuk menyampaikan apa yang selama ini dia rasakan.

Bunga hanya  ingin orang yang disukainya tahu tentang perasaannya. Bunga tidak ingin menyesal karena dia tidak pernah memberi tahu perasaannya pada orang yang disukainya. Dan yang paling penting, dia tidak ingin menjalani hidup dengan pertanyaan “apakah orang yang disukainya mempunyai perasaan yang sama?”  

Sebenernya gue cukup iri dengan apa yang dilakukan oleh teman gue ini. Dibalik sikapnya yang cukup kaku dan punya masalah dengan sesuatu yang bernama percaya diri. Dia punya keberanian dan kekuatan luar biasa menghadapi suatu hal bernama “Penolakan”.

“terus respon dia sendiri , gimana?”

“dia meluk gue, terus ngomong “suatu saat akan ada orang yang lebih baik untuk gue”

“hmm—terus?”

“Gue nangis, gue ngerasa secara tidak langsung dia mengatakan bahwa selama ini gue mencintai seseorang yang tidak cukup baik” jawab dia dengan emoticon menangis.

“keren, gue bangga sama lo. Berani menghadapi sebuah penolakan. Udah jangan nangis mulu, sakitnya bakal ilang pelan-pelan”

Hmm-- Orang yang jatuh cinta, meskipun dia mengalami patah hati, orang-orang ini tidak pernah menunggu seseorang yang lebih baik akan datang dari seseorang yang mereka cintai saat ini. Orang yang jatuh cinta tidak pernah tahu mana yang lebih baik.  Bagi mereka, jatuh cinta selalu soal waktu yang sedang dijalani. Waktu saat ini. bukan kemarin,atau besok. Orang yang jatuh cinta hanya jatuh cinta begitu saja dan mengambil risiko bahwa seseorang yang dicintainya itu mungkin tidak cukup baik di mata orang lain.
Jadi, apakah cinta itu buta?.

kalau menurut gue,  Cinta itu adalah suatu perasaan yang membuat seseorang merasa cukup untuk menerima.


Wednesday, 16 March 2016

Sebuah Obrolan antara B dan b


“Kapan punya pacar?”  Atau sampai yang paling ekstrim “kapan kawin?” Sebuah pertanyaan yang sering terlontar dari teman-teman gue, sahabat gue, sampai dosen gue dikampus lama gue, Pak hudan, sering menanyakan hal ini. karena bosan, biasanya gue jawab"nanti kalau gak hujan". uniknya adalah, mereka malah menjadi resah dengan keadaan gue, bahkan teman-teman gue sampai pak hudan pernah menjadi mak comblang untuk mencarikan gue pacar. Iya, ini serius, bahkan dosen gue ini sering memperkenalkan gue dengan asisten dosennya. Padahal gue sendiri tidak terlalu terganggu dengan keadaan gue.

Sampai pada akhirnya, Obrolan absurd terjadi ketika gue sedang asik mengobrol di group chat BBM . teman gue ada yang mau menikah dan tiba-tiba topik obrolan ramai membicarakan siapa selanjutnya? Atau kapan gilirannya tiba. Dan entah kenapa, tiba-tiba saja gue mengobrol dengan gue yang lain. Katakanlah sekarang gue membagi diri gue menjadi dua yaitu B (baca B besar) dan b (baca b kecil). 

“eh, b , lo gak mau nyari pacar ? masa jomlo terus? Temen-temen lo udah punya pacar tuh. Malahan ada yang mau nikah. Lo gimana?”

“gini, B, gue mau tanya balik,  gimana cara lo mempertahankan sebuah hubungan dengan seseorang, hmm katakanlah gebetan atau pacar lo mungkin?”

 “hmmm—emang kenapa?”

‘gini B, gue adalah tipe orang yang punya daya tahan sangat rendah untuk mempertahankan sebuah hubungan dengan seseorang. Selama ini kalau gue menjalin hubungan dengan seseorang , katakanlah  orang yang lagi gue pdkt-in, gue selalu berhenti ditengah-tengah. Gimana caranya konsisten agar tidak berhenti ditengah-tengah?”

“hmm— rada susah dijawab sih, tapi, kenapa lo sampai seresah itu?”

“ya, karena ini yang selalu gue rasain, kadang gue ngerasa  gue belum bisa menyisihkan waktu gue dengan seseorang, menjalani hubungan yang baik artinya lo harus selalu menjaga komunikasi, dan dalam sehari, mungkin setidaknya lo harus menghubungi dia dua sampe tiga kali , hanya untuk mengobrol obrolan membosankan seperti “lagi apa?” sampe dengerin curhatan “apa yang terjadi di hari itu”.  

“hmm—mungkin, lo bukan belum bisa menyisihkan waktu, tapi gak mau menciptakan waktu tersebut ketika lo menjalani sebuah hubungan dengan seseorang, katakanlah orang yang lo pdkt-in. Lo selalu merasa semua hal yang lo lakukan dengan orang yang lo pdkti-in itu gak penting, ngebosenin dan berakhir dengan jawaban klise “gue terlalu sibuk” atau  “gue gak punya waktu” mending hubungan ini gak usah dilanjut.

“ya, emang iya , sih B. Gue kadang merasa terlalu sibuk , gak punya waktu, keresahan yang gue rasakan, persis kayak yang lo katakan”

“hmm-- gini, b. Gue  selalu percaya tidak ada alasan “gak ada waktu”,  yang terjadi sebenarnya adalah orang tersebut tidak mau menyediakan waktu atau tidak memprioritaskan hal tersebut. Ini semua Cuma tentang gimana cara lo menciptakan waktu untuk seseorang atau suatu hal yang sedang lo kerjakan. Misalnya lo akan bertemu dengan seseorang yang sangat penting, lo pasti akan menyediakan waktu lo, mengatur waktu lo, menciptakan waktu sedemikian rupa, meskipun jadwal lo  dihari itu sedang sibuk-sibuknya. ”

 “hmm—jadi,menurut lo,  ini bukan soal daya tahan gue yang rendah dalam mempertahankan sebuah hubungan? Tapi soal  gue yang tidak mau menciptakan waktu dengan orang tersebut?”

“hmm—menurut gue sih, iya, lagian, kalau seseorang itu penting buat lo, lo akan menciptakan waktu buat dia, gak akan ada alasan bosan atau gak punya waktu, lo akan selalu punya quality time dengan orang tersebut. sebaliknya,  kalau gak penting, lo akan merasa, ngapain repot-repot meluangkan waktu. Menurut gue, Pada akhirnya ketika dua orang yang sedang menjalin hubungan merasa bahwa pasangannya sangat penting untuknya, bukankah itu pertanda masing-masing sudah mendapatkan dua hal sekaligus, yaitu , diinginkan dan menginginkan”

Gue gak tahu obrolan gue dengan gue yang satu nya ini benar atau tidak. Tapi yang gue bisa pelajari dari obrolan absurd ini “menjalin suatu relationship dengan seseorang adalah tentang kemauan menciptakan waktu dari kedua belah pihak, tidak akan ada kesempatan dan waktu yang tercipta apabila salah satunya tidak menginginkan”.


*gambar didapat dari profile picture temen gue di BBM. 
   



Saturday, 30 January 2016

Rumah


“Ku Rindu ---- 
Lebih baik katakan apa adanya,
bila memang rindu.

Ku Rindu --- 
karena waktu tak akan mampu berpihak, 
pada perasaan, yang meragu”

(Sabda Rindu– Glenn Fredly / Tio Pakusadewo)

"AAAHHHHH---- kenapa sih di dunia ini ada yang namanya friendzone?” andi, seorang laki-laki berkulit putih, berbadan tinggi dan berambut cepak. Seorang Laki-laki berkacamata yang saat ini sedang bernyanyi sambil memainkan gitarnya karena gelisah pada hubungan yang dia jalani.

“lo kenapa sih?, kangen sama putri? ,dia udah ada yang punya.” sahut indra sambil membuat coffe. Indra adalah pria kurus , tinggi sekitar 165 cm, berkulit sedikit hitam dan mempunyai gaya rambut belah pinggir klimis.

“iya, gue tahu, dia udah punya pacar. padahal ya, gue sering dengerin curhatnya dia, gue sering kasih perhatian sama dia, gue sering nganterin dia pulang pake motor gue, dia juga sering ngasih perhatian ke gue, ngingetin gue makan, ngingetin gue boker, ngingetin gue buat pake minyak wangi, ngingetin gue pake deodoran karena ketek gue yang baunya busuk banget,  gue kira dia suka sama gue. eh, nyatanya, dia jadian sama orang lain” sahut andi sambil membuka kacamatanya.

“ah, itu namanya elonya terlalu Baper” sahut indra sambil mengocek kopi yang dibuatnya.

“baper?” andi kembali memakai kacamatanya.

“iya, bawa perasaan, mungkin bagi putri perhatian yang diberikan sama elo adalah perhatian sebatas temen aja, karena lo baik mau dengerin curhatnya dia, karena lo juga sering nganterin dia kemana-mana pake motor lo, walau pun gue gak ngerti elo temen apa tukang ojek gratis yang dimanfaatin” sahut indra sambil meminum kopinya secara perlahan.

“terus, gue harus gimana sekarang? Gue udah terlanjur punya perasaan yang kuat sama putri.” sahut andi sambil menaruh gitarnya.

“ya, sekarang jadiin ini sebagai pembelajaran aja. makanya, entar Kedepannya, lo jangan kayak keset,  ngerti?” sahut indra sambil melihat andi. 

“keset?”

“iya, sekarang gini, elo itu adalah tipe orang yang punya tingkat kebaperan yang tinggi. Dikasih perhatian seadanya, lo akan memberikan segalanya. punya hati itu jangan kayak keset, yang selalu welcome pada semua orang. jadinya sekarang gini, kan? Elo baper dan ujungnya jadi susah move on” indra kembali meminum kopi yang dibuatnya.

“iya, sih. Tapi gue masih belum bisa pindah, bagi gue, putri adalah sebuah rumah yang selama ini gue cari, sebuah rumah yang membuat gue nyaman, sebuah tempat untuk pulang." 

"jadi?" 

"ya, untuk saat ini, mungkin gue akan menunggu putri” sahut andi sambil menghela napasnya.

"menunggu putri putus sama pacarnya? wah, gila, lo. kacauu, hidup lo udah kacau" sahut indra sambil menghela napasnya.

"ya, elo belom ngerasain sih, rumah yang selama ini lo ingin tinggali tiba-tiba jadi milik orang lain begitu aja" 

“ya,iyasih, tapi terserah lo aja,  kalau lo udah nyiapin betadin dan perban buat ngobatin luka hati lo yang mungkin akan semakin besar sih, terserah. yang jelas, sebagai sahabat, gue udah ngingetin lo” sahut indra sembari mengambil laptop yang ada di tasnya.

Andi cuma bisa diam.

Treng--- handphone andi berbunyi

Andi mengambilnya dan membuka pesan yang masuk.

“gue pergi dulu, ya.” Sahut andi yang  tiba-tiba bergegas mengganti bajunya.

“lo mau kemana?”

“ke kafe deket kampus, putri mau curhat, dia lagi punya masalah sama pacarnya, gue duluan ya” sahut andi sambil berjalan pergi.

indra hanya bisa menggelengkan kepala karena sikap sahabatnya. 


Cinta , kenapa seseorang yang Jatuh cinta itu selalu jadi banyak berharap. Berharap orang yang disukainya punya perasaan yang sama, berharap sms atau chat yang dikirim segera dibalas, bahkan yang paling ekstrem,berharap orang yang disukainya segera putus dengan pacarnya.


Mungkin agnes monica benar, cinta gak bisa pake logika. Contohnya adalah orang yang jatuh cinta diam – diam. Orang yang jatuh cinta diam – diam rela untuk menunggu orang yang dia sukai datang ke tempat yang biasanya dikunjungi, dan pada saat orang yang disukainya datang, dia hanya diam, melihatnya dari kejauhan. baginya, bahagia cukup se-sederhana itu.

contoh lain,misalnya kayak gambar dibawah ini. hmm, kira-kira, apa yang lo pikirkan tentang gambar ini?














kalau menurut gue,  gambar ini membuat gue berpikir beberapa hal :

1. Se-ekor koala yang sedang patah hati. Melihat koala yang disukainya jadian dengan  koala lain.

2. se-ekor koala yang jatuh cinta diam - diam pada pacar sahabatnya.

3. se - ekor koala yang sudah lama men-jomlo sedang melihat koala lain sedang   berpacaran.

4. se - ekor koala yang sedang patah hati karena melihat mantannya lebih dahulu punya pacar  dibanding dirinya.  pacarnya sudah move on , sedangkan koala tersebut malah belum bisa move on. 

5.se - ekor koala yang sedang patah hati karena mantan pacarnya mendapatkan  pengganti yang lebih baik dan lebih cakep dibanding dirinya. 


setidaknya, itu menurut gue, hmm -- tapi mungkin saja, koala tersebut seperti Andi, sedang menunggu koala yang disukainya putus dengan pacarnya. se-ekor koala yang terlalu terbawa perasaan pada temannya sampai membuatnya tidak bisa move on. dimana koala tersebut lebih memilih untuk tetap mempertahankan cintanya dan berteman baik dengan koala yang disukainya. Bahkan, dia tetap mendengarkan semua keluh kesah yang diceritakan kepadanya dalam hal apapun, seperti pada saat koala tersebut sedang ada masalah dengan pacarnya, “gue punya cinta yang sangat besar dan tulus, dengan gue , lo gak akan menangis lagi” seperti hal nya andi, setidaknya itulah yang ingin disampaikan koala tersebut pada koala yang disukainya. 

yah, kalau menurut gue sih, Cinta itu mungkin seperti menemukan sebuah rumah, saat seseorang menemukan rumah yang nyaman untuk dirinya, saat itu juga dia sudah menemukan sebuah tempat untuk beristirahat, menceritakan keluh kesahnya,berbagi kebahagiaan dan yang paling penting, orang tersebut sudah menemukan sebuah tempat untuk  pulang. namun sayangnya, tidak semua orang menemukan rumah yang tepat pada saat yang tepat. karena bisa saja, seseorang menemukan rumah yang ingin ditinggalinya pada saat rumah tersebut sudah menjadi milik orang lain. 




*gambar koala patah hati gue ambil dari instagram amrazing, dia juga punya blog, klik disini

*
tulisan yang berwarna biru adala quote dari buku keset kusut karya arie jepro, dia juga punya blog, klik disini










Wednesday, 6 January 2016

Tentang Waktu



 “Bil, HELM GUE!!” sebuah pesan singkat masuk dari temen kampus gue dulu .

“iya, gue hari ini kesitu”

“Sipp”jawab temen gue singkat.

Tujuan gue kekampus adalah untuk mengembalikan helm temen gue yang  gue pinjam . Namun , Hal ini sebenarnya membuat gue ragu, karena ada satu hal yang gue takutkan terjadi. Gue bertemu pak hudan di kampus lama gue. Dan menurut gue, hal ini tidak bisa di hindari.

Blog gue sebelumnya menceritakan pertemuan dengan pak hudan. (baca disini) . alasan gue belum mau bertemu pak hudan adalah karena gue malu. Bisa-bisa gue di cap alumni yang terlalu sering ke kampus dan kagak ada kerjaan. Iya, gue  emang gak ada kerjaan juga punya rasa malu, lhoo.


Gue tiba di kampus. Dan tiba-tiba  gue merasakan hal bernama flashback. Berawal dari parkiran motor yang tidak banyak berubah. Gue dan teman-teman gue sering mengobrol di parkiran motor sambil merencanakn habis pulang kuliah kita mau kemana. Dimana biasanya sering berujung berkunjung ke kostan niko dan menghabiskan waktu disana.  Tapi yang paling penting, parkiran ini adalah saksi bisu dimana  gue sering ngempesin ban motor temen-temen gue.

Selanjutnya, gue masuk ke ruang tempat perkuliahan. Gue jalan dan sampai di area tengah. Dimana dua lorong terpisah karena pintu masuk. Gue berjalan diantara lorong kelas. gue melihat satu ruangan dimana ada mahasiswa yang sedang belajar didalam. Sang dosen sedang menjelaskan.  Gue juga melihat ruangan yang belum ada dosennya, ada mahasiswa yang duduk di meja dosen sambil mengecas handphone. Beberapa mahasiswa duduk dilantai dan beberapa duduk ditempat duduknya untuk mengobrol. Iya, hal ini juga pernah gue rasakan.

Gue sering duduk didepan didekat papan tulis, karena disitu adalah tempat yang dekat sama colokan. Gue biasanya duduk disitu sambil mengecas laptop gue yang gue pake buat download film pake wifi kampus. Gue sering Duduk di depan, didekat papan tulis, sambil menghadap ke arah kursi mahasiswa, dari sini gue bisa melihat teman-teman gue yang saling mengobrol dengan gengnya masing-masing. gue juga bisa melihat teman-teman gue yang sedang mengobrol di dekat pintu sekalian jaga-jaga kalau dosennya datang.

Gue berjalan mendekati ruangan sekprodi, tempat temen gue berada. Dan tiba-tiba---

“kampret, kunci motor gue ketinggalan”

Gue balik lagi dan kali ini gue memutuskan untuk melalui ruangan administrasi.

Gue berjalan , kembali menaiki tangga dan –

“mampus, ada pak hudan”

Gue berjalan dengan santai sambil membawa helm di tangan gue. Pak hudan melihat gue, dia tersenyum.

“syukur dah kagak ngenalin”

Gue kembali berjalan dan –

“Billy, ya?”

Baru dua langkah gue berjalan. Pak hudan manggil nama gue.

“eumm, iya, apa kabar, pak?”

“kamu lagi ngapain disini? Saya kira Gojek”

“HAH? Gimana-gimana?”

“yaudah, ayo, ke ruangan saya dulu”

“eumm, saya balikin helm dulu, ya, pak”

Gue balikin helm dan  masuk ke ruangan pak hudan.

“kamu dari mana? Ngapain disini?”

“abis ngojek, pak. ”

“ah, kamu, habisnya kamu bawa-bawa helm, jadi saya kira go-jek.  Masih kuliah?”

“masih, pak. Demi masa depan yang lebih baik, saya harus tetap kuliah”

“ah, paling nilai-nilai mu tetap jelek tuh”

“terserah bapak, terserah”

Pak hudan tertawa.

“kamu gak kuliah sambil kerja? buat bantu orang tua kamu”

“iya, kemarin saya gitu, sih, pak. Cuma baru aja resign, capek, pak”

“kamu kemarin udah kerja?dimana? kerja dibagian apa?”

“ummm , santai, pak. Saya kerja di Perusahaan retail gitu deh pak. Bagian HRD, pak.” Gue cengengesan.

Pak hudan tertawa.

“mana mungkin, HRD kan harus rapi,  kamu dari dulu kan berantakan”

“eumm—gitu ya, pak. Makanya saya resign, mau cari kerja yang memperbolehkan saya pakai kaos dan celana jeans sih, pak”

“ya, kalau kamu mau pakai celana levis, pakai kaos, terus pakai sendal. Kamu pulang ke sukabumi, jadi petani. Tapi, kamu agak rapian, coba berdiri !”

“HAH? Gimana-gimana”

“udah berdiri, coba saya lihat penampilan kamu, bagus ah, udah lumayan rapi”

“ahahaa, lumayan yah, pak. Bapak apa kabar? Sehat terus kan. Pak?”

“sehat, ini masih ngajar,  sehat terus lah” pak hudan tersenyum sambil mengangguk.

“syukur deh, pak”

“eh, kamu udah punya pacar belum?”

Gue tertawa

“Pacar kamu orang mana? “

Ketawa gue makin kenceng

“kenapa kamu gak mau pacaran?”

“ahaaaa.... bisa cari topik lain gak, pak?”

Pak hudan tertawa.

“kenapa topik , lain? Kamu kenapa gak mau pacaran?”

“saya mau taarufan, pak?”  gue pake peci

“taarufan itu apa?”

Gubrakkkk-----.

“ituuu – pak, pacaran ala islami gitu, gak pacaran, langsung nikah?”

“emng kamu kuat kayak gitu?”

“ya enggak, sih. Bapak waktu pacaran dulu gimana?”

“ohh, saya sekarang ngajar Studi kelayakan bisnis lho, bil”

Gue bengong, gue tertawa, Anjrittt ---- pak hudan ngalihin topik.

“oh, bapak ngajar SKB, kok bisa? Saya dulu kayaknya sama pak novri, deh”

“iya, sekarang saya ambil alih.” Pak hudan tertawa, ada bayangan kegelapan di belakangnya. (oke skip)

Gue diem, gak ngerti dengan becandaan pak hudan .

“buku-buku bapak  bagus, ya”

“kamu ini, kalau rusak begini tandanya di baca, berarti bukunya terpakai. Ini, buku pemberian kamu, sudah mulai rusak juga, berarti saya baca”

“ohh, gitu, antara kepake sama males beli buku baru beda-beda tipis ya, pak?”

“hmm , kenapa?”

“ah, enggak. “ gue tersenyum.

“teman-teman kamu gimana?”

“semuanya baik, rudi masih kerja di anaknya astra, ega baru pindah kerja, ridho baru pindah kerja ke BRI, rivai ----“

“rivai udah nikah, ya?”

“euu—umm – mungkin sebentar lagi, pak”

“bagus lah, semuanya baik-baik saja”

“yaudah, saya pamit aja, pak” gue berdiri untuk pamitan.

Pak hudan berdiri dan berjalan ke arah pintu.

“haduh, saya masih mau ngobrol sama kamu , bil. tapi sudah sore juga, ya”

“hahha--- mungkin lain kali, pak”

“haduh, dasar anak pemalas” pak hudan mencekik bagian belakang leher gue.

Kami berdua tertawa .

Tidak ada kata perpisahan, kami berpisah dengan tertawa. selepas keluar dari pintu gue melambaikan tangan sambil pergi menuju arah yang berbeda.


Waktu, ini semua tentang waktu, waktu yang memisahkan, waktu yang mempertemukan, bahkan waktu yang membuat gue kembali ke tempat yang penuh dengan kenangan. Waktu membuat gue Bertemu dengan pak hudan. obrolan dengan beliau membuat gue bisa menceritakan semua kegelisahan gue.  Pak hudan tidak pernah memberikan gue saran atau jalan keluar. tapi entah kenapa gue selalu lega dan tidak pernah berhenti tertawa saat mengobrol dengan beliau. Lagi – lagi waktu , semua ini tentang waktu. Ah, kali ini kemana lagi waktu akan membawa gue.  Apakah waktu akan mengajak gue kedepan, atau kembali untuk menengok ke belakang untuk memperlihatkan jejak-jejak waktu yang telah dijalani. Ah, entahlah.


hanya waktu yang tidak pernah terlambat. Jadi, Mari terus berjalan, berdampingan dengan waktu,  agar bisa tepat waktu. Sampai semua diberhentikan oleh waktu.   


*gambar jam dan quote yang ada didalamnya dapat dari google.
*gue gak sempet ngambil foto lagi sama pak hudan. simple gak ada yang fotoin, gak mungkinkan gue ajak beliau selfie?.

Saturday, 11 April 2015

Pulang



“Permisi, Mau Konsultasi Skripsi, Pak”  seru gue setelah membuka pintu ruangan.

“eh, kamu... lagi ngapain, sini masuk”  pak Hudan tersenyum dan terlihat kaget melihat gue.

Pak Hudan, Seorang dosen yang pernah mengisi kehidupan gue saat kuliah di Akademi Pimpinan Perusahaan. Sebenernya gue tidak berniat untuk bertemu beliau dalam waktu dekat. Namun, kebetulan gue sedang berada dikampus karena harus mengembalikan buku.

Gue masuk kedalam ruangan. gue salim pada pak hudan. pak hudan masih belum berubah. Rambutnya yang putih dengan gaya belah pinggir klimis. Matanya yang sipit dan suaranya yang khas membuat gue tersenyum sendiri.

“apa kabar, pak?” gue masih bersalaman. Pak hudan belum melepaskan tangan gue.

“kamu lagi ngapain disini, gak kerja kamu?” pak hudan masih memegang tangan gue.

“saya baru aja berhenti, pak. Saya kuliah lagi” jawab gue cengengesan.

“kuliah lagi boleh, tapi kenapa harus berhenti” pak hudan melepaskan tangan gue. Beliau kemudian menjitak gue.

“aduh, iya, pak. Iyaa” gue memegang kepala gue sambil tertawa.

“yasudah, duduk”

Gue duduk dan membuka topi.

“jadi, bapak apa kabar?” gue mengulangi pertanyaan gue.

“baik, hanya saja, saya dua tahun lagi pensiun”

“bapak dua tahun lagi pensiun?. Wah, Kampus ini bakal gak asik dong. Kalau bapak gak ngajar”

“ya, semua orang perlu istirahat, bil. Dan waktu istirahat saya sebentar lagi tiba. Lagi pula, saya sudah malas ngajarin mahasiswa yang malasnya kayak kamu. Dari semester satu saya ngajar kamu. Sampai sidang juga saya harus nguji kamu” pak hudan tersenyum.

“gitu ya, pak” gue mengangguk-angguk dengan ekpresi yang agak kesal.

“kamu sendiri gimana?” 

“gimana apanya, pak?”

“kamu sudah punya pacar belum?”

“umm... bisa di skip dan cari topik lain gak, pak?” gue tersenyum.

“ah, kamu masih jomlo aja, cari pacar, biar hidup kamu semangat. Biar kamu tidak jadi pemalas lagi”

“saya gak mau pacaran, pak. Saya mau ta’arufan aja” jawab gue sembari mengganti topi gue dengan peci.

pletakk... gue dijitak lagi.

“aduh, pak....”

“kamu pemalas sih, jadi tidak ada cewek yang mau sama kamu”

“saya pemilih, pak. Bukan pemalas”

“hmm.. masa? ...”

“ becanda, pak. Iya. Saya emang pemalas. Oh, iya. Gimana kalau bapak kenalin saya sama mahasiswa baru disini, pak. Siapa tahu ada yang jadi jodoh saya”

“ah kamu. Waktu itu saya kenalin sama asisten saya. kamu malah diam saja”

“pak, waktu itu kan saya bilang. Kalau mau kenalin cewek, bapak entar pura-pura tanya IP saya berapa. Entar saya jawab, 3,7. Jadi kan aura positif saya keluar, pak” jawab gue sambil tertawa dan menaik turunkan alis.”

“ya, masa saya bohong. Tidak bisa gitu, bil. Lagian, asisten saya yang saya kenalin ke kamu dulu itu. IP nya 3,8. Jadi, percuma kalau kamu mau berbohong”

“oh, gitu, ya, pak. Pinter banget, ya. Pak” 

“kalau tidak pintar, tidak akan jadi asisten dosen, bil”

“oh, iya. Logis sih, pak”

Gue dan pak hudan tertawa.

Pertemuan gue dan pak hudan membuat gue merasa, bahwa gue sedang pergi ke suatu tempat yang sudah lama ditinggalkan. Namun, pada saat  kembali ke tempat tersebut. rasanya tetap sama. Bagi gue, pak hudan adalah suatu tempat tersebut. gue sudah cukup lama tidak bertemu dengan beliau. Dan pada saat gue kembali bertemu dengan beliau. Rasanya tetap sama. Tidak ada yang berubah. Dan gue senang akan hal itu.

Percakapan demi percakapan terjadi. Gue sangat menikmati mengobrol dengan beliau. Obrolan-obrolan yang biasa. Tapi sangat gue rindukan. Rasanya seperti dirumah. Rasanya gue memang benar-benar kembali ketempat yang sama meskipun sudah lama gue tinggalkan. tidak ada yang berubah. bahkan tidak ada kata perpisahan yang terucap sampai akhir obrolan. entah kenapa, gue malah ingin segera kembali. 

“Rasanya seperti pulang” 

Mungkin itulah perasaan saat gue pergi ke tempat yang sudah lama ditinggalkan. namun, rasanya tetap sama. 





                                                ketika ayah dan Anak bertemu.

                           

                                                    Ampun pak, jangan toyor saya. 











Saturday, 21 February 2015

Ada Apa Dengan Angkot ?


“Sakitnya tuh di sini Di dalam hatiku
Sakitnya tuh di sini Melihat kau selingkuh
Sakitnya tuh di sini Pas kena hatiku
Sakitnya tuh di sini Kau menduakan aku”

Gue diem dan menertawakan diam-diam Seorang ibu-ibu yang sedang bernyanyi dengan asiknya. Mungkin ibu-ibu tersebut sudah menganggap angkot ini adalah lahan bernyanyinya. Dia tidak bisa membedakan tempat karaokean dan angkutan perkotaan. Iya, kejadian itu terjadi di angkot.

Angkutan kota atau biasa disingkat Angkot atau Angkota adalah sebuah moda transportasi perkotaan yang merujuk kepada kendaraan umum dengan rute yang sudah ditentukan. Tidak seperti bus yang mempunyai halte sebagai tempat perhentian yang sudah ditentukan, angkutan kota dapat berhenti untuk menaikkan atau menurunkan penumpang di mana saja. (Kenapa gue tahu definisi angkot? Karena gue baca lalu copy paste dari wikipedia, membaca itu penting. Walau Cuma baca definisi angkot).


            Angkot adalah salah satu angkutan umum yang menurut gue, banyak hal normal sampai hal Absurd yang terjadi saat menaikinya. Dari ibu-ibu yang nyanyi dengan merdunya, abang angkot yang marah-marah gak jelas, sampai abang-abang angkot yang menyetel lagu yang tidak jelas dan memutarnya dengan volume yang sangat besar. Beberapa kali, gue sering dapet hal absurd dari menaiki angkutan umum yang satu ini. Salah satunya akan gue ceritakan disini.

 Kejadian ini berawal saat motor gue dipinjam oleh saudara gue. Terpaksa, gue harus kemana-mana naik angkutan umum. pertama kali pas naik sih, kejadian masih seperti biasa. Hening. Cuma ada gue dan satu ibu-ibu yang lagi sibuk banget telepon-teleponan sama sms-an.  Di saat hening seperti itu. seorang nenek-nenek masuk dengan dibalut banyak perhiasan. Bajunya tidak biasa. Sangat-sangat seksi untuk ukuran nenek-nenek.. Dan terlebih lagi, disaat nenek itu memasuki angkot. Gue mencium suatu bau, bau dari semprotan minyak wangi. Gue merasa, nenek kece ini menggunakan sebotol minyak wangi yang baru di belinya. “HARUM BANGETTT”. kata gue dalam hati sambil menutup hidung. Ini pasti minyak wangi mahal. (baca : minyak nyong-nyong).

Si nenek-nenek kece ini duduk jauh dari  gue, posisi gue duduk ada di pojokan angkot. Posisi favorite orang-orang galau. orang yang duduk di pojokan biasanya sering melihat kebelakang. Menonton lalu lintas yang terjadi dengan mata nanar. Berharap kejadian yang telah berlalu tidak pernah terjadi. Berharap kehidupannya bisa terus berjalan lancar. Tidak macet seperti lalu lintas yang sering dilihatnya. Gak jalan, gak hati, semuanya macet. Biasanya hal itu yang digalaukan oleh orang-orang yang sering memilih duduk di pojokan.(ehemm, keren gak?).

Nenek Kece tersebut duduk di dekat sopir angkot. Semenjak nenek kece ini duduk. Nenek kece ini terus melihat gue. Gue melihat diri gue sendiri.“ada yang salah sama penampilan gue?” tanya gue dalam hati. karena menurut gue, gak ada yang salah dengan penampilan gue. Akhirnya gue mengabaikan nenek tersebut.

Penumpang angkot satu persatu bertambah. Si nenek-nenek kece itu makin deket sama gue, gue udah sempet was-was sama hal kayak gini, bukannya apa-apa.  gue takut dengan tatapan si nenek kece dari tadi. Gue takut kesucian gue ini di renggut.  Ohhhh Noooo . . . . ohh yeeess (ups, sorry).

Beberapa menit setelah gue menghawatirkan apa yang terjadi sama gue. Saat itu juga TERJADI.  Ternyata benar. Si nenek-nenek kece itu menggrepe-grepe gueee.  Dia mengrepe-grepe gueee cukup lama. Terusin nenek, terusin. Enak, nenek, enak. Oke, sorry. Gue gagal fokus. Gue terus mencoba menghindari grepean-grepean dia yang enak itu (tidakkkk) dan pada saat dia mau grepe-grepe gue lebih dalam  (lebih dalam?).


Treeeetttttt..... ------  mobil angkotnya berhenti mendadak. Si nenek-nenek kece itu terjungkal dengan indah. Gue puas--- gue puassss--- mampuss luuu. Pipisin si nenek pipisinn.. (enggak, gue gak sekejam itu) . sebenernya gue merasa kasihan. Tapi, ya. mau gimana lagi. Bukannya gue gak mau bantu.  Sekali lagi maaf nenek kece.  kesucian gue terlalu mahal untuk kau renggut, karena hal  itu, grepe lagi dong. *Buka Aurat*. 

Terlepas dari kejadian tersebut. gue sering merasa bahwa, Mungkin, angkutan umum itu seperti perjuangan awal untuk mencapai tujuan. karena sebelum mencapai tujuan, para penumpang harus bisa bersabar dengan tingkah laku orang yang ada disekitarnya, dan berjuang melawan kemacetan yang ada di perjalanan, sama juga seperti hidup. Seorang Manusia harus  berjuang dengan sekuat tenaga dan harus memiliki kesabaran yang ekstra agar tujuannya tercapai

"kehidupan itu seperti naik angkutan umum, ada yang mencapai tujuan hidupnya dengan cepat, ada juga yang harus bersabar dan berjuang untuk melewati kemacetan agar tujuan hidupnya tercapai. Namun, ada juga yang sampai akhir perjalanan, tujuan hidupnya masih belum tercapai” 

                                                                                                                           Terima  Kasih. 

                                                                                                                               Sincerelly 

                                                                                                                          Billy Syahreza

Tuesday, 22 July 2014

Ngabuburit 9 : Bertemu dengan Kerinduan



       Hari sabtu tanggal 19 juli kemarin, akhirnya gue datang ke acara yang gue tunggu-tunggu sejak lama, yaitu, acara ngabuburit yang diadakan oleh bumi sandiwara dan teater cermin. Hal pertama yang membuat gue terkejut adalah  “INI KENAPA GAK ADA SIAPA-SIAPA?  PADA KEMANA ? ACARANYA GAK JADI APA GIMANA?” dalam seketika hal tersebut membuat gue terkejut hingga membuat gue kejang-kejang  (enggak, gak selebay itu kok).

       Gue berpikir sejenak lalu membuka Blackberry messengger. Gue baca di group teater cermin dan gue baru sadar ternyata acaranya di kelurahan bukan di kecamatan. Sebagai orang pribumi, sebenarnya gue baru tahu kalau kelurahan dan kecamatan itu tempatnya berbeda (kok, gue agak bego ya).  kenapa gak satu tempat aja sih, gue kan harus muter lagi. Gue kembali menyalakan motor gue, lalu segera bergegas menuju tempat peristirahatan terakhir  ngabuburit diadakan.

       Setibanya di tempat kejadian perkara, gue disambut dengan adik-adik kelas gue yang menyapa gue lalu salaman dengan mencium tangan gue. Akhh, entah kenapa, gue merasa sangat tua ditempat ini. Sebagai kakak kelas atau dalam teater cermin sering dipanggil kokolot, gue langsung bertanya ke adek kelas gue “ tiketnya masih ada?” dan adik kelas itu hanya menggelengkan kepala. Akhh padahal gue mau beli kalau masih ada, karena abis yaudah gue masuk secara gratis aja . ( aduhh, pencitraan banget yahh) <= eh diem ya, yang nulis gue, bukan lo, gak usah komen.

      Pada saat gue masuk kedalam aula kelurahan, gue dikagetkan dengan tempat yang baru ini. Ini gila, tempatnya luas banget, panggungnya juga asik dan akhh penempatan lightingnya sepertinya kurang pas (peace kang, peace). Pada saat gue masuk kedalam aula tersebut, ada ekstra kulikuler (ini nulisnya bener gak sih) musikalisasi puisi yang sedang tampil. Alunan lagu, musik dan pembacaan puisi yang sangat indah mengalun dari penampil. Akhh, suasana ini benar-benar gue rindukan.

        Penampilan musikalisasi puisi pun akhirnya selesai. Acara utama pun siap disajikan. Penampilan longser dari para anggota bumi sandiwara dan teater cermin pun siap untuk dimulai. Para pemain musik mulai memasuki panggung. Para pemusik sudah bersiap dan pada hentakan ke tiga akhirnya musik pembuka pun dimulai. Alunan musik dari alat-alat musik tradisional mulai mengalun dengan asiknya. Akhh musik ini, suasana ini, acara ngabuburit benar-benar suatu acara nostalgia.
           
      Dari sudut pandang gue. Acara ngabuburit memang suatu acara nostalgia. Bukan hanya dari para anggota teater cermin yang bisa berkumpul kembali pada acara tersebut. Acara ini juga bisa menyatukan teman-teman yang sudah lulus untuk sekedar berkumpul, menonton ngabuburit lalu mengadakan acara buka bersama. Iya, acara ngabuburit juga bisa menjadi acara silaturahmi masal.

     ITOH, iya, seperti biasanya dalang dari acara ngabuburit ini adalah sosok seorang ITOH yang menceritakan semacam sinopsis sebelum longser dimulai. ITOH di ngabuburit sembilan ini menurut gue cukup oke. Meskipun tidak segila ITOH-ITOH sebelumnya tapi kadar aktor ini membawakan sosok ITOH bisa dibilang cukup berhasil. (asikk, gue sok kritik *kibas ketek*).

        Akhh, konsep acaranya belum ada yang berubah, sosok ITOH muncul lalu cerita dimulai. Kira-kira itulah yang ada dipikirkan gue beberapa detik setelah ITOH muncul. Tapi, heyy, lihat, ada kabar gembira. bukan, bukan kulit manggis ada ekstraknya. tapi lihat, ada yang baru disana,  ada yang muncul dari bawah meja itu. Wah, ternyata ada cepot yang tiba-tiba muncul dari sana. Wah, bakalan menarik sepertinya.

       Acara longser dimulai. Tema kali ini tentang anak-anak SMA. Candaan-candaan ringan membuat penonton tertawa puas. Candaan-candaan hangat dari mulai kulit manggis sampai ngopi ala kang saswi membuat gue semakin tertawa puas. Puncaknya adalah ketika seorang haruka (diperankan oleh kang ihwan) muncul ke panggung. Gaya dandanan sampai gayanya berbicara membuat seluruh penonton terhibur.


        Akhh, lagi-lagi ini benar-benar suatu kerinduan. Gue menjadi rindu panggung, rindu menjadi aktor dan rindu akan proses latihan. Tidak terasa acara hari itu berakhir. Seluruh penonton keluar. Para aktor menyapa sahabat, teman dan keluarganya yang sedang menonton. tidak lupa juga ada acara berbuka bersama setelah acara tersebut. lumayan gue dapet ta'jil gratisan (anak kostan banget).  Acara Ngabuburit benar-benar membuat gue merindu. Membuat gue ingin kembali ke panggung itu. Membuat gue ingin segera bertemu kembali acara tersebut. Acara ngabuburit adalah acara kerinduan. Kerinduan akan pertunjukan sampai kerinduan akan bertemu teman-teman lama. Bagi gue, acara ngabuburit adalah acara yang paling ditunggu. Karena dalam acara itu gue bisa bertemu dengan kerinduan-kerinduan yang selalu gue rindukan. Akhh, acara ngabuburit benar-benar pertemuan dengan kerinduan.