Saturday 30 January 2016

Rumah


“Ku Rindu ---- 
Lebih baik katakan apa adanya,
bila memang rindu.

Ku Rindu --- 
karena waktu tak akan mampu berpihak, 
pada perasaan, yang meragu”

(Sabda Rindu– Glenn Fredly / Tio Pakusadewo)

"AAAHHHHH---- kenapa sih di dunia ini ada yang namanya friendzone?” andi, seorang laki-laki berkulit putih, berbadan tinggi dan berambut cepak. Seorang Laki-laki berkacamata yang saat ini sedang bernyanyi sambil memainkan gitarnya karena gelisah pada hubungan yang dia jalani.

“lo kenapa sih?, kangen sama putri? ,dia udah ada yang punya.” sahut indra sambil membuat coffe. Indra adalah pria kurus , tinggi sekitar 165 cm, berkulit sedikit hitam dan mempunyai gaya rambut belah pinggir klimis.

“iya, gue tahu, dia udah punya pacar. padahal ya, gue sering dengerin curhatnya dia, gue sering kasih perhatian sama dia, gue sering nganterin dia pulang pake motor gue, dia juga sering ngasih perhatian ke gue, ngingetin gue makan, ngingetin gue boker, ngingetin gue buat pake minyak wangi, ngingetin gue pake deodoran karena ketek gue yang baunya busuk banget,  gue kira dia suka sama gue. eh, nyatanya, dia jadian sama orang lain” sahut andi sambil membuka kacamatanya.

“ah, itu namanya elonya terlalu Baper” sahut indra sambil mengocek kopi yang dibuatnya.

“baper?” andi kembali memakai kacamatanya.

“iya, bawa perasaan, mungkin bagi putri perhatian yang diberikan sama elo adalah perhatian sebatas temen aja, karena lo baik mau dengerin curhatnya dia, karena lo juga sering nganterin dia kemana-mana pake motor lo, walau pun gue gak ngerti elo temen apa tukang ojek gratis yang dimanfaatin” sahut indra sambil meminum kopinya secara perlahan.

“terus, gue harus gimana sekarang? Gue udah terlanjur punya perasaan yang kuat sama putri.” sahut andi sambil menaruh gitarnya.

“ya, sekarang jadiin ini sebagai pembelajaran aja. makanya, entar Kedepannya, lo jangan kayak keset,  ngerti?” sahut indra sambil melihat andi. 

“keset?”

“iya, sekarang gini, elo itu adalah tipe orang yang punya tingkat kebaperan yang tinggi. Dikasih perhatian seadanya, lo akan memberikan segalanya. punya hati itu jangan kayak keset, yang selalu welcome pada semua orang. jadinya sekarang gini, kan? Elo baper dan ujungnya jadi susah move on” indra kembali meminum kopi yang dibuatnya.

“iya, sih. Tapi gue masih belum bisa pindah, bagi gue, putri adalah sebuah rumah yang selama ini gue cari, sebuah rumah yang membuat gue nyaman, sebuah tempat untuk pulang." 

"jadi?" 

"ya, untuk saat ini, mungkin gue akan menunggu putri” sahut andi sambil menghela napasnya.

"menunggu putri putus sama pacarnya? wah, gila, lo. kacauu, hidup lo udah kacau" sahut indra sambil menghela napasnya.

"ya, elo belom ngerasain sih, rumah yang selama ini lo ingin tinggali tiba-tiba jadi milik orang lain begitu aja" 

“ya,iyasih, tapi terserah lo aja,  kalau lo udah nyiapin betadin dan perban buat ngobatin luka hati lo yang mungkin akan semakin besar sih, terserah. yang jelas, sebagai sahabat, gue udah ngingetin lo” sahut indra sembari mengambil laptop yang ada di tasnya.

Andi cuma bisa diam.

Treng--- handphone andi berbunyi

Andi mengambilnya dan membuka pesan yang masuk.

“gue pergi dulu, ya.” Sahut andi yang  tiba-tiba bergegas mengganti bajunya.

“lo mau kemana?”

“ke kafe deket kampus, putri mau curhat, dia lagi punya masalah sama pacarnya, gue duluan ya” sahut andi sambil berjalan pergi.

indra hanya bisa menggelengkan kepala karena sikap sahabatnya. 


Cinta , kenapa seseorang yang Jatuh cinta itu selalu jadi banyak berharap. Berharap orang yang disukainya punya perasaan yang sama, berharap sms atau chat yang dikirim segera dibalas, bahkan yang paling ekstrem,berharap orang yang disukainya segera putus dengan pacarnya.


Mungkin agnes monica benar, cinta gak bisa pake logika. Contohnya adalah orang yang jatuh cinta diam – diam. Orang yang jatuh cinta diam – diam rela untuk menunggu orang yang dia sukai datang ke tempat yang biasanya dikunjungi, dan pada saat orang yang disukainya datang, dia hanya diam, melihatnya dari kejauhan. baginya, bahagia cukup se-sederhana itu.

contoh lain,misalnya kayak gambar dibawah ini. hmm, kira-kira, apa yang lo pikirkan tentang gambar ini?














kalau menurut gue,  gambar ini membuat gue berpikir beberapa hal :

1. Se-ekor koala yang sedang patah hati. Melihat koala yang disukainya jadian dengan  koala lain.

2. se-ekor koala yang jatuh cinta diam - diam pada pacar sahabatnya.

3. se - ekor koala yang sudah lama men-jomlo sedang melihat koala lain sedang   berpacaran.

4. se - ekor koala yang sedang patah hati karena melihat mantannya lebih dahulu punya pacar  dibanding dirinya.  pacarnya sudah move on , sedangkan koala tersebut malah belum bisa move on. 

5.se - ekor koala yang sedang patah hati karena mantan pacarnya mendapatkan  pengganti yang lebih baik dan lebih cakep dibanding dirinya. 


setidaknya, itu menurut gue, hmm -- tapi mungkin saja, koala tersebut seperti Andi, sedang menunggu koala yang disukainya putus dengan pacarnya. se-ekor koala yang terlalu terbawa perasaan pada temannya sampai membuatnya tidak bisa move on. dimana koala tersebut lebih memilih untuk tetap mempertahankan cintanya dan berteman baik dengan koala yang disukainya. Bahkan, dia tetap mendengarkan semua keluh kesah yang diceritakan kepadanya dalam hal apapun, seperti pada saat koala tersebut sedang ada masalah dengan pacarnya, “gue punya cinta yang sangat besar dan tulus, dengan gue , lo gak akan menangis lagi” seperti hal nya andi, setidaknya itulah yang ingin disampaikan koala tersebut pada koala yang disukainya. 

yah, kalau menurut gue sih, Cinta itu mungkin seperti menemukan sebuah rumah, saat seseorang menemukan rumah yang nyaman untuk dirinya, saat itu juga dia sudah menemukan sebuah tempat untuk beristirahat, menceritakan keluh kesahnya,berbagi kebahagiaan dan yang paling penting, orang tersebut sudah menemukan sebuah tempat untuk  pulang. namun sayangnya, tidak semua orang menemukan rumah yang tepat pada saat yang tepat. karena bisa saja, seseorang menemukan rumah yang ingin ditinggalinya pada saat rumah tersebut sudah menjadi milik orang lain. 




*gambar koala patah hati gue ambil dari instagram amrazing, dia juga punya blog, klik disini

*
tulisan yang berwarna biru adala quote dari buku keset kusut karya arie jepro, dia juga punya blog, klik disini










Wednesday 6 January 2016

Tentang Waktu



 “Bil, HELM GUE!!” sebuah pesan singkat masuk dari temen kampus gue dulu .

“iya, gue hari ini kesitu”

“Sipp”jawab temen gue singkat.

Tujuan gue kekampus adalah untuk mengembalikan helm temen gue yang  gue pinjam . Namun , Hal ini sebenarnya membuat gue ragu, karena ada satu hal yang gue takutkan terjadi. Gue bertemu pak hudan di kampus lama gue. Dan menurut gue, hal ini tidak bisa di hindari.

Blog gue sebelumnya menceritakan pertemuan dengan pak hudan. (baca disini) . alasan gue belum mau bertemu pak hudan adalah karena gue malu. Bisa-bisa gue di cap alumni yang terlalu sering ke kampus dan kagak ada kerjaan. Iya, gue  emang gak ada kerjaan juga punya rasa malu, lhoo.


Gue tiba di kampus. Dan tiba-tiba  gue merasakan hal bernama flashback. Berawal dari parkiran motor yang tidak banyak berubah. Gue dan teman-teman gue sering mengobrol di parkiran motor sambil merencanakn habis pulang kuliah kita mau kemana. Dimana biasanya sering berujung berkunjung ke kostan niko dan menghabiskan waktu disana.  Tapi yang paling penting, parkiran ini adalah saksi bisu dimana  gue sering ngempesin ban motor temen-temen gue.

Selanjutnya, gue masuk ke ruang tempat perkuliahan. Gue jalan dan sampai di area tengah. Dimana dua lorong terpisah karena pintu masuk. Gue berjalan diantara lorong kelas. gue melihat satu ruangan dimana ada mahasiswa yang sedang belajar didalam. Sang dosen sedang menjelaskan.  Gue juga melihat ruangan yang belum ada dosennya, ada mahasiswa yang duduk di meja dosen sambil mengecas handphone. Beberapa mahasiswa duduk dilantai dan beberapa duduk ditempat duduknya untuk mengobrol. Iya, hal ini juga pernah gue rasakan.

Gue sering duduk didepan didekat papan tulis, karena disitu adalah tempat yang dekat sama colokan. Gue biasanya duduk disitu sambil mengecas laptop gue yang gue pake buat download film pake wifi kampus. Gue sering Duduk di depan, didekat papan tulis, sambil menghadap ke arah kursi mahasiswa, dari sini gue bisa melihat teman-teman gue yang saling mengobrol dengan gengnya masing-masing. gue juga bisa melihat teman-teman gue yang sedang mengobrol di dekat pintu sekalian jaga-jaga kalau dosennya datang.

Gue berjalan mendekati ruangan sekprodi, tempat temen gue berada. Dan tiba-tiba---

“kampret, kunci motor gue ketinggalan”

Gue balik lagi dan kali ini gue memutuskan untuk melalui ruangan administrasi.

Gue berjalan , kembali menaiki tangga dan –

“mampus, ada pak hudan”

Gue berjalan dengan santai sambil membawa helm di tangan gue. Pak hudan melihat gue, dia tersenyum.

“syukur dah kagak ngenalin”

Gue kembali berjalan dan –

“Billy, ya?”

Baru dua langkah gue berjalan. Pak hudan manggil nama gue.

“eumm, iya, apa kabar, pak?”

“kamu lagi ngapain disini? Saya kira Gojek”

“HAH? Gimana-gimana?”

“yaudah, ayo, ke ruangan saya dulu”

“eumm, saya balikin helm dulu, ya, pak”

Gue balikin helm dan  masuk ke ruangan pak hudan.

“kamu dari mana? Ngapain disini?”

“abis ngojek, pak. ”

“ah, kamu, habisnya kamu bawa-bawa helm, jadi saya kira go-jek.  Masih kuliah?”

“masih, pak. Demi masa depan yang lebih baik, saya harus tetap kuliah”

“ah, paling nilai-nilai mu tetap jelek tuh”

“terserah bapak, terserah”

Pak hudan tertawa.

“kamu gak kuliah sambil kerja? buat bantu orang tua kamu”

“iya, kemarin saya gitu, sih, pak. Cuma baru aja resign, capek, pak”

“kamu kemarin udah kerja?dimana? kerja dibagian apa?”

“ummm , santai, pak. Saya kerja di Perusahaan retail gitu deh pak. Bagian HRD, pak.” Gue cengengesan.

Pak hudan tertawa.

“mana mungkin, HRD kan harus rapi,  kamu dari dulu kan berantakan”

“eumm—gitu ya, pak. Makanya saya resign, mau cari kerja yang memperbolehkan saya pakai kaos dan celana jeans sih, pak”

“ya, kalau kamu mau pakai celana levis, pakai kaos, terus pakai sendal. Kamu pulang ke sukabumi, jadi petani. Tapi, kamu agak rapian, coba berdiri !”

“HAH? Gimana-gimana”

“udah berdiri, coba saya lihat penampilan kamu, bagus ah, udah lumayan rapi”

“ahahaa, lumayan yah, pak. Bapak apa kabar? Sehat terus kan. Pak?”

“sehat, ini masih ngajar,  sehat terus lah” pak hudan tersenyum sambil mengangguk.

“syukur deh, pak”

“eh, kamu udah punya pacar belum?”

Gue tertawa

“Pacar kamu orang mana? “

Ketawa gue makin kenceng

“kenapa kamu gak mau pacaran?”

“ahaaaa.... bisa cari topik lain gak, pak?”

Pak hudan tertawa.

“kenapa topik , lain? Kamu kenapa gak mau pacaran?”

“saya mau taarufan, pak?”  gue pake peci

“taarufan itu apa?”

Gubrakkkk-----.

“ituuu – pak, pacaran ala islami gitu, gak pacaran, langsung nikah?”

“emng kamu kuat kayak gitu?”

“ya enggak, sih. Bapak waktu pacaran dulu gimana?”

“ohh, saya sekarang ngajar Studi kelayakan bisnis lho, bil”

Gue bengong, gue tertawa, Anjrittt ---- pak hudan ngalihin topik.

“oh, bapak ngajar SKB, kok bisa? Saya dulu kayaknya sama pak novri, deh”

“iya, sekarang saya ambil alih.” Pak hudan tertawa, ada bayangan kegelapan di belakangnya. (oke skip)

Gue diem, gak ngerti dengan becandaan pak hudan .

“buku-buku bapak  bagus, ya”

“kamu ini, kalau rusak begini tandanya di baca, berarti bukunya terpakai. Ini, buku pemberian kamu, sudah mulai rusak juga, berarti saya baca”

“ohh, gitu, antara kepake sama males beli buku baru beda-beda tipis ya, pak?”

“hmm , kenapa?”

“ah, enggak. “ gue tersenyum.

“teman-teman kamu gimana?”

“semuanya baik, rudi masih kerja di anaknya astra, ega baru pindah kerja, ridho baru pindah kerja ke BRI, rivai ----“

“rivai udah nikah, ya?”

“euu—umm – mungkin sebentar lagi, pak”

“bagus lah, semuanya baik-baik saja”

“yaudah, saya pamit aja, pak” gue berdiri untuk pamitan.

Pak hudan berdiri dan berjalan ke arah pintu.

“haduh, saya masih mau ngobrol sama kamu , bil. tapi sudah sore juga, ya”

“hahha--- mungkin lain kali, pak”

“haduh, dasar anak pemalas” pak hudan mencekik bagian belakang leher gue.

Kami berdua tertawa .

Tidak ada kata perpisahan, kami berpisah dengan tertawa. selepas keluar dari pintu gue melambaikan tangan sambil pergi menuju arah yang berbeda.


Waktu, ini semua tentang waktu, waktu yang memisahkan, waktu yang mempertemukan, bahkan waktu yang membuat gue kembali ke tempat yang penuh dengan kenangan. Waktu membuat gue Bertemu dengan pak hudan. obrolan dengan beliau membuat gue bisa menceritakan semua kegelisahan gue.  Pak hudan tidak pernah memberikan gue saran atau jalan keluar. tapi entah kenapa gue selalu lega dan tidak pernah berhenti tertawa saat mengobrol dengan beliau. Lagi – lagi waktu , semua ini tentang waktu. Ah, kali ini kemana lagi waktu akan membawa gue.  Apakah waktu akan mengajak gue kedepan, atau kembali untuk menengok ke belakang untuk memperlihatkan jejak-jejak waktu yang telah dijalani. Ah, entahlah.


hanya waktu yang tidak pernah terlambat. Jadi, Mari terus berjalan, berdampingan dengan waktu,  agar bisa tepat waktu. Sampai semua diberhentikan oleh waktu.   


*gambar jam dan quote yang ada didalamnya dapat dari google.
*gue gak sempet ngambil foto lagi sama pak hudan. simple gak ada yang fotoin, gak mungkinkan gue ajak beliau selfie?.