Wednesday, 6 January 2016

Tentang Waktu



 “Bil, HELM GUE!!” sebuah pesan singkat masuk dari temen kampus gue dulu .

“iya, gue hari ini kesitu”

“Sipp”jawab temen gue singkat.

Tujuan gue kekampus adalah untuk mengembalikan helm temen gue yang  gue pinjam . Namun , Hal ini sebenarnya membuat gue ragu, karena ada satu hal yang gue takutkan terjadi. Gue bertemu pak hudan di kampus lama gue. Dan menurut gue, hal ini tidak bisa di hindari.

Blog gue sebelumnya menceritakan pertemuan dengan pak hudan. (baca disini) . alasan gue belum mau bertemu pak hudan adalah karena gue malu. Bisa-bisa gue di cap alumni yang terlalu sering ke kampus dan kagak ada kerjaan. Iya, gue  emang gak ada kerjaan juga punya rasa malu, lhoo.


Gue tiba di kampus. Dan tiba-tiba  gue merasakan hal bernama flashback. Berawal dari parkiran motor yang tidak banyak berubah. Gue dan teman-teman gue sering mengobrol di parkiran motor sambil merencanakn habis pulang kuliah kita mau kemana. Dimana biasanya sering berujung berkunjung ke kostan niko dan menghabiskan waktu disana.  Tapi yang paling penting, parkiran ini adalah saksi bisu dimana  gue sering ngempesin ban motor temen-temen gue.

Selanjutnya, gue masuk ke ruang tempat perkuliahan. Gue jalan dan sampai di area tengah. Dimana dua lorong terpisah karena pintu masuk. Gue berjalan diantara lorong kelas. gue melihat satu ruangan dimana ada mahasiswa yang sedang belajar didalam. Sang dosen sedang menjelaskan.  Gue juga melihat ruangan yang belum ada dosennya, ada mahasiswa yang duduk di meja dosen sambil mengecas handphone. Beberapa mahasiswa duduk dilantai dan beberapa duduk ditempat duduknya untuk mengobrol. Iya, hal ini juga pernah gue rasakan.

Gue sering duduk didepan didekat papan tulis, karena disitu adalah tempat yang dekat sama colokan. Gue biasanya duduk disitu sambil mengecas laptop gue yang gue pake buat download film pake wifi kampus. Gue sering Duduk di depan, didekat papan tulis, sambil menghadap ke arah kursi mahasiswa, dari sini gue bisa melihat teman-teman gue yang saling mengobrol dengan gengnya masing-masing. gue juga bisa melihat teman-teman gue yang sedang mengobrol di dekat pintu sekalian jaga-jaga kalau dosennya datang.

Gue berjalan mendekati ruangan sekprodi, tempat temen gue berada. Dan tiba-tiba---

“kampret, kunci motor gue ketinggalan”

Gue balik lagi dan kali ini gue memutuskan untuk melalui ruangan administrasi.

Gue berjalan , kembali menaiki tangga dan –

“mampus, ada pak hudan”

Gue berjalan dengan santai sambil membawa helm di tangan gue. Pak hudan melihat gue, dia tersenyum.

“syukur dah kagak ngenalin”

Gue kembali berjalan dan –

“Billy, ya?”

Baru dua langkah gue berjalan. Pak hudan manggil nama gue.

“eumm, iya, apa kabar, pak?”

“kamu lagi ngapain disini? Saya kira Gojek”

“HAH? Gimana-gimana?”

“yaudah, ayo, ke ruangan saya dulu”

“eumm, saya balikin helm dulu, ya, pak”

Gue balikin helm dan  masuk ke ruangan pak hudan.

“kamu dari mana? Ngapain disini?”

“abis ngojek, pak. ”

“ah, kamu, habisnya kamu bawa-bawa helm, jadi saya kira go-jek.  Masih kuliah?”

“masih, pak. Demi masa depan yang lebih baik, saya harus tetap kuliah”

“ah, paling nilai-nilai mu tetap jelek tuh”

“terserah bapak, terserah”

Pak hudan tertawa.

“kamu gak kuliah sambil kerja? buat bantu orang tua kamu”

“iya, kemarin saya gitu, sih, pak. Cuma baru aja resign, capek, pak”

“kamu kemarin udah kerja?dimana? kerja dibagian apa?”

“ummm , santai, pak. Saya kerja di Perusahaan retail gitu deh pak. Bagian HRD, pak.” Gue cengengesan.

Pak hudan tertawa.

“mana mungkin, HRD kan harus rapi,  kamu dari dulu kan berantakan”

“eumm—gitu ya, pak. Makanya saya resign, mau cari kerja yang memperbolehkan saya pakai kaos dan celana jeans sih, pak”

“ya, kalau kamu mau pakai celana levis, pakai kaos, terus pakai sendal. Kamu pulang ke sukabumi, jadi petani. Tapi, kamu agak rapian, coba berdiri !”

“HAH? Gimana-gimana”

“udah berdiri, coba saya lihat penampilan kamu, bagus ah, udah lumayan rapi”

“ahahaa, lumayan yah, pak. Bapak apa kabar? Sehat terus kan. Pak?”

“sehat, ini masih ngajar,  sehat terus lah” pak hudan tersenyum sambil mengangguk.

“syukur deh, pak”

“eh, kamu udah punya pacar belum?”

Gue tertawa

“Pacar kamu orang mana? “

Ketawa gue makin kenceng

“kenapa kamu gak mau pacaran?”

“ahaaaa.... bisa cari topik lain gak, pak?”

Pak hudan tertawa.

“kenapa topik , lain? Kamu kenapa gak mau pacaran?”

“saya mau taarufan, pak?”  gue pake peci

“taarufan itu apa?”

Gubrakkkk-----.

“ituuu – pak, pacaran ala islami gitu, gak pacaran, langsung nikah?”

“emng kamu kuat kayak gitu?”

“ya enggak, sih. Bapak waktu pacaran dulu gimana?”

“ohh, saya sekarang ngajar Studi kelayakan bisnis lho, bil”

Gue bengong, gue tertawa, Anjrittt ---- pak hudan ngalihin topik.

“oh, bapak ngajar SKB, kok bisa? Saya dulu kayaknya sama pak novri, deh”

“iya, sekarang saya ambil alih.” Pak hudan tertawa, ada bayangan kegelapan di belakangnya. (oke skip)

Gue diem, gak ngerti dengan becandaan pak hudan .

“buku-buku bapak  bagus, ya”

“kamu ini, kalau rusak begini tandanya di baca, berarti bukunya terpakai. Ini, buku pemberian kamu, sudah mulai rusak juga, berarti saya baca”

“ohh, gitu, antara kepake sama males beli buku baru beda-beda tipis ya, pak?”

“hmm , kenapa?”

“ah, enggak. “ gue tersenyum.

“teman-teman kamu gimana?”

“semuanya baik, rudi masih kerja di anaknya astra, ega baru pindah kerja, ridho baru pindah kerja ke BRI, rivai ----“

“rivai udah nikah, ya?”

“euu—umm – mungkin sebentar lagi, pak”

“bagus lah, semuanya baik-baik saja”

“yaudah, saya pamit aja, pak” gue berdiri untuk pamitan.

Pak hudan berdiri dan berjalan ke arah pintu.

“haduh, saya masih mau ngobrol sama kamu , bil. tapi sudah sore juga, ya”

“hahha--- mungkin lain kali, pak”

“haduh, dasar anak pemalas” pak hudan mencekik bagian belakang leher gue.

Kami berdua tertawa .

Tidak ada kata perpisahan, kami berpisah dengan tertawa. selepas keluar dari pintu gue melambaikan tangan sambil pergi menuju arah yang berbeda.


Waktu, ini semua tentang waktu, waktu yang memisahkan, waktu yang mempertemukan, bahkan waktu yang membuat gue kembali ke tempat yang penuh dengan kenangan. Waktu membuat gue Bertemu dengan pak hudan. obrolan dengan beliau membuat gue bisa menceritakan semua kegelisahan gue.  Pak hudan tidak pernah memberikan gue saran atau jalan keluar. tapi entah kenapa gue selalu lega dan tidak pernah berhenti tertawa saat mengobrol dengan beliau. Lagi – lagi waktu , semua ini tentang waktu. Ah, kali ini kemana lagi waktu akan membawa gue.  Apakah waktu akan mengajak gue kedepan, atau kembali untuk menengok ke belakang untuk memperlihatkan jejak-jejak waktu yang telah dijalani. Ah, entahlah.


hanya waktu yang tidak pernah terlambat. Jadi, Mari terus berjalan, berdampingan dengan waktu,  agar bisa tepat waktu. Sampai semua diberhentikan oleh waktu.   


*gambar jam dan quote yang ada didalamnya dapat dari google.
*gue gak sempet ngambil foto lagi sama pak hudan. simple gak ada yang fotoin, gak mungkinkan gue ajak beliau selfie?.

No comments:

Post a Comment