“iya, gue hari ini kesitu”
“Sipp”jawab temen gue singkat.
Tujuan gue kekampus adalah untuk
mengembalikan helm temen gue yang gue
pinjam . Namun , Hal ini sebenarnya membuat gue ragu, karena ada satu hal yang
gue takutkan terjadi. Gue bertemu pak hudan di kampus lama gue. Dan menurut
gue, hal ini tidak bisa di hindari.
Blog gue sebelumnya menceritakan pertemuan dengan pak hudan. (baca disini) . alasan gue belum mau bertemu pak hudan adalah karena gue malu. Bisa-bisa gue di cap alumni yang terlalu sering ke kampus dan kagak ada kerjaan. Iya, gue emang gak ada kerjaan juga punya rasa malu, lhoo.
Gue tiba di kampus. Dan tiba-tiba
gue merasakan hal bernama flashback.
Berawal dari parkiran motor yang tidak banyak berubah. Gue dan teman-teman gue
sering mengobrol di parkiran motor sambil merencanakn habis pulang kuliah kita
mau kemana. Dimana biasanya sering berujung berkunjung ke kostan niko dan
menghabiskan waktu disana. Tapi yang
paling penting, parkiran ini adalah saksi bisu dimana gue sering ngempesin ban motor temen-temen
gue.
Selanjutnya, gue masuk ke ruang
tempat perkuliahan. Gue jalan dan sampai di area tengah. Dimana dua lorong
terpisah karena pintu masuk. Gue berjalan diantara lorong kelas. gue
melihat satu ruangan dimana ada mahasiswa yang sedang belajar didalam. Sang
dosen sedang menjelaskan. Gue juga
melihat ruangan yang belum ada dosennya, ada mahasiswa yang duduk di meja dosen
sambil mengecas handphone. Beberapa mahasiswa duduk dilantai dan beberapa duduk
ditempat duduknya untuk mengobrol. Iya, hal ini juga pernah gue rasakan.
Gue sering duduk didepan didekat
papan tulis, karena disitu adalah tempat yang dekat sama colokan. Gue biasanya
duduk disitu sambil mengecas laptop gue yang gue pake buat download film pake
wifi kampus. Gue sering Duduk di depan, didekat papan tulis, sambil menghadap
ke arah kursi mahasiswa, dari sini gue bisa melihat teman-teman gue yang saling
mengobrol dengan gengnya masing-masing. gue juga bisa melihat teman-teman gue
yang sedang mengobrol di dekat pintu sekalian jaga-jaga kalau dosennya datang.
Gue berjalan mendekati ruangan
sekprodi, tempat temen gue berada. Dan tiba-tiba---
“kampret, kunci motor gue
ketinggalan”
Gue balik lagi dan kali ini gue
memutuskan untuk melalui ruangan administrasi.
Gue berjalan , kembali menaiki
tangga dan –
“mampus, ada pak hudan”
Gue berjalan dengan santai sambil
membawa helm di tangan gue. Pak hudan melihat gue, dia tersenyum.
“syukur dah kagak ngenalin”
Gue kembali berjalan dan –
“Billy, ya?”
Baru dua langkah gue berjalan. Pak
hudan manggil nama gue.
“eumm, iya, apa kabar, pak?”
“kamu lagi ngapain disini? Saya kira
Gojek”
“HAH? Gimana-gimana?”
“yaudah, ayo, ke ruangan saya
dulu”
“eumm, saya balikin helm dulu,
ya, pak”
Gue balikin helm dan masuk ke ruangan pak hudan.
“kamu dari mana? Ngapain disini?”
“abis ngojek, pak. ”
“ah, kamu, habisnya kamu
bawa-bawa helm, jadi saya kira go-jek. Masih
kuliah?”
“masih, pak. Demi masa depan yang
lebih baik, saya harus tetap kuliah”
“ah, paling nilai-nilai mu tetap
jelek tuh”
“terserah bapak, terserah”
Pak hudan tertawa.
“kamu gak kuliah sambil kerja?
buat bantu orang tua kamu”
“iya, kemarin saya gitu, sih,
pak. Cuma baru aja resign, capek, pak”
“kamu kemarin udah kerja?dimana? kerja
dibagian apa?”
“ummm , santai, pak. Saya kerja
di Perusahaan retail gitu deh pak. Bagian HRD, pak.” Gue cengengesan.
Pak hudan tertawa.
“mana mungkin, HRD kan harus
rapi, kamu dari dulu kan berantakan”
“eumm—gitu ya, pak. Makanya saya
resign, mau cari kerja yang memperbolehkan saya pakai kaos dan celana jeans
sih, pak”
“ya, kalau kamu mau pakai celana
levis, pakai kaos, terus pakai sendal. Kamu pulang ke sukabumi, jadi petani.
Tapi, kamu agak rapian, coba berdiri !”
“HAH? Gimana-gimana”
“udah berdiri, coba saya lihat
penampilan kamu, bagus ah, udah lumayan rapi”
“ahahaa, lumayan yah, pak. Bapak
apa kabar? Sehat terus kan. Pak?”
“sehat, ini masih ngajar, sehat terus lah” pak hudan tersenyum sambil
mengangguk.
“syukur deh, pak”
“eh, kamu udah punya pacar
belum?”
Gue tertawa
“Pacar kamu orang mana? “
Ketawa gue makin kenceng
“kenapa kamu gak mau pacaran?”
“ahaaaa.... bisa cari topik lain
gak, pak?”
Pak hudan tertawa.
“kenapa topik , lain? Kamu kenapa
gak mau pacaran?”
“saya mau taarufan, pak?” gue pake peci
“taarufan itu apa?”
Gubrakkkk-----.
“ituuu – pak, pacaran ala islami
gitu, gak pacaran, langsung nikah?”
“emng kamu kuat kayak gitu?”
“ya enggak, sih. Bapak waktu
pacaran dulu gimana?”
“ohh, saya sekarang ngajar Studi
kelayakan bisnis lho, bil”
Gue bengong, gue tertawa,
Anjrittt ---- pak hudan ngalihin topik.
“oh, bapak ngajar SKB, kok bisa?
Saya dulu kayaknya sama pak novri, deh”
“iya, sekarang saya ambil alih.”
Pak hudan tertawa, ada bayangan kegelapan di belakangnya. (oke skip)
Gue diem, gak ngerti dengan
becandaan pak hudan .
“buku-buku bapak bagus, ya”
“kamu ini, kalau rusak begini
tandanya di baca, berarti bukunya terpakai. Ini, buku pemberian kamu, sudah
mulai rusak juga, berarti saya baca”
“ohh, gitu, antara kepake sama
males beli buku baru beda-beda tipis ya, pak?”
“hmm , kenapa?”
“ah, enggak. “ gue tersenyum.
“teman-teman kamu gimana?”
“semuanya baik, rudi masih kerja di
anaknya astra, ega baru pindah kerja, ridho baru pindah kerja ke BRI, rivai
----“
“rivai udah nikah, ya?”
“euu—umm – mungkin sebentar lagi,
pak”
“bagus lah, semuanya baik-baik
saja”
“yaudah, saya pamit aja, pak” gue
berdiri untuk pamitan.
Pak hudan berdiri dan berjalan ke
arah pintu.
“haduh, saya masih mau ngobrol
sama kamu , bil. tapi sudah sore juga, ya”
“hahha--- mungkin lain kali, pak”
“haduh, dasar anak pemalas” pak
hudan mencekik bagian belakang leher gue.
Kami berdua tertawa .
Tidak ada kata perpisahan, kami
berpisah dengan tertawa. selepas keluar dari pintu gue melambaikan tangan
sambil pergi menuju arah yang berbeda.
Waktu, ini semua tentang waktu,
waktu yang memisahkan, waktu yang mempertemukan, bahkan waktu yang membuat gue
kembali ke tempat yang penuh dengan kenangan. Waktu membuat gue Bertemu dengan
pak hudan. obrolan dengan beliau membuat gue bisa menceritakan semua
kegelisahan gue. Pak hudan tidak pernah
memberikan gue saran atau jalan keluar. tapi entah kenapa gue selalu lega dan
tidak pernah berhenti tertawa saat mengobrol dengan beliau. Lagi – lagi waktu ,
semua ini tentang waktu. Ah, kali ini kemana lagi waktu akan membawa gue. Apakah waktu akan mengajak gue kedepan, atau kembali
untuk menengok ke belakang untuk memperlihatkan jejak-jejak waktu yang telah
dijalani. Ah, entahlah.
hanya waktu yang tidak pernah
terlambat. Jadi, Mari terus berjalan, berdampingan dengan waktu, agar bisa tepat waktu. Sampai semua
diberhentikan oleh waktu.
*gambar jam dan quote yang ada didalamnya dapat dari google.
*gue gak sempet ngambil foto lagi sama pak hudan. simple gak ada yang fotoin, gak mungkinkan gue ajak beliau selfie?.
No comments:
Post a Comment