Thursday, 31 March 2016

sebuah keputusan yang membuat (lebih) baik.


“Billy ---- Gue mau curhat”  seorang teman gue tiba-tiba men-chat lewat account facebook.

“hah? Curhat apaan? Pengen kurus? Lo mau sekurus apalagi?” jawab gue ngasal.

“bukannnn---“ jawab dia dengan emoticon berteriak.

“terus?”

“gue jatuh cinta untuk yang pertama kalinya dan gue patah hati”

“sebentar, jangan-jangan eloo—“

“iya, gue mengatakannya kalau gue selama ini suka sama dia” jawab dia dengan emoticon menangis.

Oke, jadi teman gue ini sebut saja –umm karena cewek,, sebut saja bunga.  Dia baru saja patah hati. Tapi bukan patah hati yang membuatnya menangis. Bunga sendiri sudah tahu kalau dia akan patah hati. Dia jatuh cinta pada temannya cukup lama. Bunga sudah tahu bahwa temannya sudah memiliki kekasih dan bunga juga sudah tahu kalau teman yang disukainya sangat serius menjalani hubungan yang sedang dijalani.  Dengan kata lain, dia sudah tahu akan patah hati.

“jadi, kenapa lo memutuskan buat ngasih tahu perasaan lo?”

“gue Cuma gak mau menyesalinya, hal yang paling gue takutkan saat ini bukan patah hati, tapi tidak membuat sebuah keputusan apapun.”  


Seperti yang dikatakannya, bunga  tidak ingin menyesal karena dia tidak membuat keputusan apapun tentang apa yang harus dilakukan pada perasaannya. Untuk itu Bunga memutuskan untuk menyampaikan apa yang selama ini dia rasakan.

Bunga hanya  ingin orang yang disukainya tahu tentang perasaannya. Bunga tidak ingin menyesal karena dia tidak pernah memberi tahu perasaannya pada orang yang disukainya. Dan yang paling penting, dia tidak ingin menjalani hidup dengan pertanyaan “apakah orang yang disukainya mempunyai perasaan yang sama?”  

Sebenernya gue cukup iri dengan apa yang dilakukan oleh teman gue ini. Dibalik sikapnya yang cukup kaku dan punya masalah dengan sesuatu yang bernama percaya diri. Dia punya keberanian dan kekuatan luar biasa menghadapi suatu hal bernama “Penolakan”.

“terus respon dia sendiri , gimana?”

“dia meluk gue, terus ngomong “suatu saat akan ada orang yang lebih baik untuk gue”

“hmm—terus?”

“Gue nangis, gue ngerasa secara tidak langsung dia mengatakan bahwa selama ini gue mencintai seseorang yang tidak cukup baik” jawab dia dengan emoticon menangis.

“keren, gue bangga sama lo. Berani menghadapi sebuah penolakan. Udah jangan nangis mulu, sakitnya bakal ilang pelan-pelan”

Hmm-- Orang yang jatuh cinta, meskipun dia mengalami patah hati, orang-orang ini tidak pernah menunggu seseorang yang lebih baik akan datang dari seseorang yang mereka cintai saat ini. Orang yang jatuh cinta tidak pernah tahu mana yang lebih baik.  Bagi mereka, jatuh cinta selalu soal waktu yang sedang dijalani. Waktu saat ini. bukan kemarin,atau besok. Orang yang jatuh cinta hanya jatuh cinta begitu saja dan mengambil risiko bahwa seseorang yang dicintainya itu mungkin tidak cukup baik di mata orang lain.
Jadi, apakah cinta itu buta?.

kalau menurut gue,  Cinta itu adalah suatu perasaan yang membuat seseorang merasa cukup untuk menerima.


No comments:

Post a Comment