Thursday, 5 May 2016

Sebuah kata bernama "Sayang"


  


"Seseorang rela melakukan apapun agar  sebuah hubungan yang dia inginkan berjalan dengan sesuatu yang baik. Namun, pada saat hubungan tersebut tidak sesuai dengan apa yang dia inginkan, apakah orang tersebut berani untuk mengakhirinya dengan baik?"


“Apa artinya kalau pacar lo sudah mulai tidak rajin memberi kabar ?” seorang teman tiba-tiba datang dan menceritakan keresahannya. 

"hmm-- sibuk mungkin, atau--" 

"punya seseorang yang baru?" jawab dia dengan nada kesal.

"lo kenapa sih?"

"pacar gue selingkuh" 

"hah? serius? kok lo bisa tahu?"

"itu gak penting." jawabnya sambil menghela napas. 

"terus, apa yang mau lo lakukan?"

"gue mau menemui dia--dan mutusin hubungan ini"

"serius? bukankah kalian sudah menjalin hubungan ini cukup lama ? bukankah dia sudah mengajak lo ke jenjang yang lebih serius? Tidak sayangkah dengan cincin yang ada di jari manis lo itu?"

"kesetiaan bukanlah sesuatu yang bisa dibeli hanya dengan cincin di jari manis, bahkan sumpah yang dilakukan di hadapan Tuhan. lagi pula, tidak kah kau berpikir,  Tuhan sendiri pun belajar ia kerap dikhianati oleh manusia."

"hmm, Charlie Brown?" jawab gue seadanya.

"Windy Ariestanty" 

"oke"jawab gue sambil mengangguk.

dia menghela napasnya. 

"sejujurnya, gue cuma ingin menemuinya dan meminta penjelasannya"

"yakin? penjelasan macam  apa yang lo harapkan dari seseorang yang sudah menghianati lo?"

"entahlah, gue cuma berpikir,  kalau memang harus berakhir, gue ingin ini berakhir dengan baik" jawabnya sambil mengawang. 

"gue gak ngerti sama sekali sama pemikiran lo, sih"

"gue memulai hubungan ini dengan sesuatu yang baik. gue juga ingin meng-akhiri hubungan ini dengan cara yang baik. cuma itu"

"cuma itu?"

"iya, cuma itu. kalau memang bosan, kenapa tidak bilang. kalau memang tidak ingin menjalani hubungan ini lebih serius, kenapa dia mengajak gue ke jenjang yang lebih serius? kami memulai semua ini dengan kejujuran. jadi, gue tak ingin hubungan ini berakhir dengan suatu kebohongan. setidaknya, gue berhak untuk tahu dan memberi dia kesempatan untuk menjelaskan"

"memangnya lo yakin, bisa menerima jawabannya? kalau gue jadi elu, mungkin semua penjelasan dia hanya gue anggap sebagai alasan"

"gue akan mendengarkan. lalu mengambil kesimpulan. gue ingin tahu, apakah dia mengajak gue ke jenjang yang lebih serius karena benar-benar sayang sama gue. atau hampir sama kayak yang lo katakan tadi “gue pengen putus sama dia, tapi gak bisa. Soalnya, gue udah menjalani hubungan ini  cukup lama. Sayang banget kalau harus berakhir” ."

"hmm-- Sayang dengan titik. atau sayang dengan koma. hmm--  bedanya setipis tali G-string. ya?. 

"lo gak usah meng-analogikan hal ini dengan pikiran busuk lo, deh" jawab dia kesal.

kami berdua tertawa. 

‘Bila engkau ingin satu, maka jangan ambil dua. Karena satu menggenapkan, tapi dua melenyapkan’.begitu juga dengan suatu hubungan, gue percaya tidak ada orang yang mau dinomor duakan apalagi diduakan.
  

















No comments:

Post a Comment