Monday, 30 May 2016

Berjalan



“Berjalan adalah salah satu cara agar manusia bertahan hidup. Orang yang terus berjalan akan tetap bertahan. Orang yang berdiam akan cepat mati”

Pada liburan panjang awal bulan mei, gue memutuskan untuk melakukan perjalanan ke kota malang.  Awal ide perjalanan ini berasal dari teman gue, encep. Dia ingin melakukan perjalanan sendirian. Gue mengomentari chatnya dan akhirnya gue ikut berjalan bersama dua teman gue , wildan dan dikri. Total kami melakukan perjalanan berempat.

Masalahnya adalah, gue baru saja pindah kerja dari perusahaan lama gue. Iya, belum sampai tiga bulan gue berada di perusahaan baru ini. Bagaimana caranya gue izin untuk jalan-jalan diliburan panjang ini ?. Gue benar-benar butuh piknik.

Perjalanannya akan melebihi batas liburan panjang tersebut. iya, liburan panjangnya hanya sampai minggu. Sedangkan gue sampai jakarta di hari selasa.

Gue coba cari-cari alasan agar bisa di izinkan dua hari tidak masuk setelah libur panjang. Apakah gue harus berbohong, atau jujur?.   Oke gue coba jujur.

“lo mau izin dua hari? Liburan panjangnya gak cukup? Lo kan baru disini, bil. Yakin bisa dapet izin?”

“umm— ini lagi usaha, pak.” Jawab gue dengan kikuk.

“yaudah, tapi izin tanpa upah, ya. Potong gaji. Sama kerjaan lo harus selesai. Kalau belom, gak gue izinin”

“siap, pak”

“sama satu lagi. Bawain gue oleh-oleh”

“oh, siap, pak” seru gue sambil hormat.

Izin sudah dikantongi, tiket sudah dipesan, tinggal berkemas.

Sebenarnya, gue ingin membuat tips berkemas yang baik. Tapi karena gue orang yang jarang melakukan perjalanan. jadi gak usah. Entar dikira sok tahu. Tapi yang pasti,yang paling berat dalam berkemas adalah, memilih apa yang harus dibawa dan meninggalkan yang sekiranya tidak terlalu penting.  

Pada saat berkemas, kadang gue ingin membawa semuanya. tiba-tiba saja semua barang-barang yang gue punya jadi penting dan harus dibawa. Disisi lain, gue Cuma ingin membawa satu tas backpack saja. Ya, dari awal gue emang gak mau ribet aja. Dan setelah galau beberapa jam, akhirnya inilah isi backpack gue nanti.




 
Malang ternyata tidak sedekat yang gue kira. Pada saat boarding, gue tidak sengaja membaca papan jadwal keberangkatan dan kurang lebih perjalanan menggunakan kereta api adalah selama --- 17 jam. 

Gue melihat tempat duduk kereta api yang tegaknya sembilan puluh derajat dan gue Cuma bisa berkata.

“oke, gue pasti tidak akan tidur”



Menurut gue, malang itu seperti seorang wanita. Malang seperti sedang mempercantik diri. malang sedang giat-giatnya bersolek agar semakin manis. Semanis makanan dan minuman di kota ini. Iya, bahkan gue agak kesulitan mencari kedai kopi disini. Setiap black kopi yang gue pesan selalu manis. Meskipun gue sudah memesan bahwa kopinya jangan memakai gula, tapi you know what, tetap ada gula di dalam kopi tersebut.  

Iya, beruntungnya, gue menemukan kedai kopi disini. Dan you know what, kedai kopinya menyediakan kopi gayo. Ah, gue semakin bahagia menemukan harta karun kecil disini.



Selain kedai kopi ini. Gue punya dua tempat favorit dimalang. Pertama. Tempat ini. Air terjun koban rondo.


Hayooo, mau kemana? 





Seorang pria yang sedang duduk sendiri diantara banyaknya orang yang mengobrol dengan kerabat bahkan pasangannya. Kasian banget sih, lo , dikri. Umm, iya. orang yang duduk sendirian diantara keramaian itu sahabat gue, dikri.  

Kata penduduk sekitar, coban rondo itu air terjun janda, jadi ceritanya ada seorang wanita yang menunggu suaminya dibawah air terjun itu kemudian--- umm cari di google aja, ya.



Iya, di coban rondo ini banyak banget monyet berkeliaran. Kalau lo membawa kacang pasti diikuti oleh hewan yang satu ini. Tapi mereka gak bahaya, kok. Sepertinya sudah cukup biasa dengan adanya manusia disekitar. Contohnya seperti ini.



Lihat, kan. Lihat, bahkan monyet saja bisa lebih terkenal dan dimintai banyak foto. Hmm—curiga dia sebentar lagi nge-Vlog , masuk youtube, terus memposting tentang kegiatan sehari-harinya.



This Cilok is Very good , yeah i'm serious, ciloknya beda banget, cilok disini seperti mengikuti bakso malang, kalau beli cilok gak Cuma dapet cilok, dapet pangsit dan lainnya. Iya, di coban rondo ini benar-benar kayak tempat wisata, (emang tempat wisata, cuyy) banyak pedagang di sekitar air terjun.

Ngomong-ngomong soal bakso, mau iseng nanya, dimalang ada bakso biasa atau bakso seperti pada umumnya gak sih?, sepanjang jalan dimalang, yang gue temukan adalah bakso malang. J

Lokasi kedua terfavorit gue dimalang adalah Vihara dhammadipa arama. Suasananya enak. Sepi, hanya ada para pelajar dan beberapa biksu yang sedang mengunjungi vihara untuk berdoa.


Gue sempat canggung ke tempat ini. Bahkan awalnya agak sungkan untuk memotret. Sampai akhirnya gue bertemu seorang biksu disana dan bertanya apakah boleh memotret atau tidak. Dia bilang boleh, bahkan dia mengajukan diri untuk menjadi tukang foto apabila ingin berfoto didekat The Sleeping Budha.

Banyak hal yang gue temui dan dapatkan diperjalanan. Gue ingin menemui lebih banyak orang. Dengan berjalan, gue bisa mengobrol dan menemukan hal baru disetiap perjalanan. Iya, sebenarnya, dibandingkan membahas tempat, gue lebih suka membahas orang-orangnya, tapi gue belum bisa. Ya, mungkin gue harus lebih banyak melakukan perjalanan.  

*Melirik Tajam pada Isa, Ayu, Eko, Ashif, dan Amink.*

KAPAN KITA MELAKUKAN PERJALANAN, OYYY...???

Ya, Seperti para pejalan lainnya, gue ingin menemukan rumah ditempat yang jauh dari rumah, menemukan orang-orang yang mau membuka pintunya untuk kita. Dan yang lebih penting, disebuah perjalanan, gue ingin berziarah pada diri sendiri.  

PS: terimakasih sudah mau membaca dan mampir di blog gue ini. Tulisan ini adalah tulisan pertama gue mengenai perjalanan. Sebagai orang yang kurang piknik, tulisan ini pasti akan sangat random.

Note : untuk kalian yang akan melakukan perjalanan. Sampai bertemu dengan pulang




+semua foto milik gue pribadi, kecuali gambar kursi kereta dan gambar welcome home.
  

Sunday, 22 May 2016

Kopi, Teh, dan Patah Hati



“Saat orang-orang jatuh cinta, mereka mampu membuat warna hitam menjadi warna merah jambu. Namun, pada saat warna merah jambu tersebut memudar, bahkan kembali menjadi hitam. Mampukah mereka menerimanya, dan membuat warna hitam itu kembali menjadi warna merah jambu ?.”
   
“kopi apa yang sedang lo minum?”

“Kopi Gayo, dari Aceh” jawab gue lalu meneguknya.

“Padahal Gue jarang ngeliat lo minum kopi. Kok, lo bisa menikmati kopi pahit?”

“lo gak ngeliat gue seperti orang yang suka kopi karena gue sudah jarang mengkonsumsi kopi instan , dan gue juga gak minum kopi manis”

“kenapa?”

“kenapa yang mana?”

“kenapa lo gak suka minum kopi yang manis?”

“hmm—entahlah. Mungkin karena rasa pahit dikopi tersebut sudah tidak terasa. Rasa kopi sendiri pahit, bukan? Kalau gue minum kopi manis, gue gak bisa menikmati rasa pahitnya”

“jadi, menurut lo, minum kopi pahit itu seperti hidup. Meskipun ada rasa pahit, tetap harus dijalani dan dinikmati?”

“kalau persepsi lo seperti itu, gue gak bisa jawab apa-apa.” Tutup gue padanya.

“Gue udah menemui dia—“ sahutnya mulai membuka topik lain.

“menemui siapa? Tunangan lo yang—“

“nyelingkuhin gue” sambungnya.

“umm. Ah, iya. tapi, bukannya dia di luar kota. jangan bilang lo datang kesana hanya untuk meminta penjelasan seperti yang lo bilang ke gue waktu itu.”

“iya, gue datang ke tempat tinggalnya yang ada disana. Gue gak memberitahu dia kalau gue akan datang. Gue hanya bertanya apakah hari itu dia ada ditempatnya atau tidak. Dia bilang dia tidak akan kemana-kemana hari itu. Untunglah dia tidak bohong.” 

 “elo, gila.”

“ya, kadang gue ingin melakukan hal gila untuk orang yang gue cintai. Walaupun itu untuk sebuah perpisahan. Gue ingin membuat itu sebagai hal terakhir yang gue lakukan. Gue ingin mendapatkan sebuah perpisahan yang baik.”

“terus, gimana?”

“dia menjelaskan semuanya. Dia menyesali semua perbuatannya. Dia meminta gue untuk memaafkannya. Dia menginginkan hubungan ini terus berlanjut. Dia berjanji akan memutuskan wanita selingkuhannya”

“dan, keputusan lo?”

“gue menolaknya. Gue tidak mau menambah orang yang tersakiti. Gue hanya ingin dia melanjutkan hubungan dengan wanita tersebut bila dia benar-benar menyukainya. gue meminta dia untuk lebih jujur dalam menjalani hubungannya saat ini”

“elo baik banget.”

“ya, tapi dia tidak menerima begitu saja. Dia bersikukuh untuk terus mempertahankan hubungan  kami. Dia bilang, apa yang akan dia katakan pada orang tuanya kalau hubungan yang dianggap orang tuanya serius ternyata harus berakhir saat selangkah lagi menuju kehidupan baru.”

Dia menghela napasnya. Dia kembali melanjutkan ceritanya.

“gue berkata pada dia bahwa, gue akan menjelaskan kepada orang tuanya sejujur-jujurnya. Gue memberitahu dia tidak usah khawatir, yang menjalani  hubungan ini adalah gue dan dia. Lagi pula, gue tidak mau mempertahankan hubungan ini karena dia takut untuk menjelaskan berakhirnya hubungan ini kepada orang tuanya. Dari situ saja sudah jelas, dia tidak serius dengan hubungan kami yang selama ini terlihat serius”

“lalu, apakah lo mendapatkan apa yang lo inginkan? “

“iya, setelah kami berbicara banyak. Dia akhirnya mengerti. Kami setuju untuk memutuskan hubungan ini. Dia mengajak gue untuk makan bersama sebagai tanda suatu perpisahan. Gue memutuskan untuk setuju dengan ajakannya.”

“ya, kalau lo mendapatkan yang lo mau, itu bagus. Tapi, sebaik apapun, itu adalah sebuah perpisahan, pasti itu sakit bukan?”

“iya, lo benar. Ini adalah patah hati terhebat yang gue rasakan.”
Dia tersenyum dengan mata nanar.

 “mungkin gue butuh secangkir kopi” serunya sambil menghela napasnya.

“hmm—itu bukan ide yang bagus”

“kenapa?”

“Untuk seseorang yang sedang patah hati. Kopi terlalu pait untuk dirasakan. Saat ini, lo membutuhkan Teh yang lebih menenangkan” 

Tutup gue padanya.



*Gambar diambil dari google. 

Thursday, 5 May 2016

Sebuah kata bernama "Sayang"


  


"Seseorang rela melakukan apapun agar  sebuah hubungan yang dia inginkan berjalan dengan sesuatu yang baik. Namun, pada saat hubungan tersebut tidak sesuai dengan apa yang dia inginkan, apakah orang tersebut berani untuk mengakhirinya dengan baik?"


“Apa artinya kalau pacar lo sudah mulai tidak rajin memberi kabar ?” seorang teman tiba-tiba datang dan menceritakan keresahannya. 

"hmm-- sibuk mungkin, atau--" 

"punya seseorang yang baru?" jawab dia dengan nada kesal.

"lo kenapa sih?"

"pacar gue selingkuh" 

"hah? serius? kok lo bisa tahu?"

"itu gak penting." jawabnya sambil menghela napas. 

"terus, apa yang mau lo lakukan?"

"gue mau menemui dia--dan mutusin hubungan ini"

"serius? bukankah kalian sudah menjalin hubungan ini cukup lama ? bukankah dia sudah mengajak lo ke jenjang yang lebih serius? Tidak sayangkah dengan cincin yang ada di jari manis lo itu?"

"kesetiaan bukanlah sesuatu yang bisa dibeli hanya dengan cincin di jari manis, bahkan sumpah yang dilakukan di hadapan Tuhan. lagi pula, tidak kah kau berpikir,  Tuhan sendiri pun belajar ia kerap dikhianati oleh manusia."

"hmm, Charlie Brown?" jawab gue seadanya.

"Windy Ariestanty" 

"oke"jawab gue sambil mengangguk.

dia menghela napasnya. 

"sejujurnya, gue cuma ingin menemuinya dan meminta penjelasannya"

"yakin? penjelasan macam  apa yang lo harapkan dari seseorang yang sudah menghianati lo?"

"entahlah, gue cuma berpikir,  kalau memang harus berakhir, gue ingin ini berakhir dengan baik" jawabnya sambil mengawang. 

"gue gak ngerti sama sekali sama pemikiran lo, sih"

"gue memulai hubungan ini dengan sesuatu yang baik. gue juga ingin meng-akhiri hubungan ini dengan cara yang baik. cuma itu"

"cuma itu?"

"iya, cuma itu. kalau memang bosan, kenapa tidak bilang. kalau memang tidak ingin menjalani hubungan ini lebih serius, kenapa dia mengajak gue ke jenjang yang lebih serius? kami memulai semua ini dengan kejujuran. jadi, gue tak ingin hubungan ini berakhir dengan suatu kebohongan. setidaknya, gue berhak untuk tahu dan memberi dia kesempatan untuk menjelaskan"

"memangnya lo yakin, bisa menerima jawabannya? kalau gue jadi elu, mungkin semua penjelasan dia hanya gue anggap sebagai alasan"

"gue akan mendengarkan. lalu mengambil kesimpulan. gue ingin tahu, apakah dia mengajak gue ke jenjang yang lebih serius karena benar-benar sayang sama gue. atau hampir sama kayak yang lo katakan tadi “gue pengen putus sama dia, tapi gak bisa. Soalnya, gue udah menjalani hubungan ini  cukup lama. Sayang banget kalau harus berakhir” ."

"hmm-- Sayang dengan titik. atau sayang dengan koma. hmm--  bedanya setipis tali G-string. ya?. 

"lo gak usah meng-analogikan hal ini dengan pikiran busuk lo, deh" jawab dia kesal.

kami berdua tertawa. 

‘Bila engkau ingin satu, maka jangan ambil dua. Karena satu menggenapkan, tapi dua melenyapkan’.begitu juga dengan suatu hubungan, gue percaya tidak ada orang yang mau dinomor duakan apalagi diduakan.